Kota Jepara Dikenal Sebagai Pusat Penghasilan

Kota Jepara Dikenal Sebagai Pusat Penghasilan

Jepara, Kota Sejarah sekaligus Kota Pusat Kerajinan

Bicara masalah Jepara, tentunya yang akan langsung teringat adalah budaya dan kerajinan seni ukir kayu. Jepara sejak dulu memang dikenal sebagai penghasil kerajinan kayu jati yang ternama. Apalagi, kayu dari Jepara dikenal dengan kualitasnya yang mumpuni.

Tapi, Jepara punya potensi yang jauh lebih banyak dari itu. Lokasinya yang eksotis, berada di daerah semenanjung. Posisinya yang dikelilingi lautan menjadikan Jepara sebagai salah satu destinasi favorit di Jawa Tengah. Apalagi, keindahan alamnya juga eksotis.

Terkait sejarah, Jepara dulunya dikenal dengan kejayaan Kerajaan Kalingga, terutama ketika dipimpin oleh Ratu Shima pada tahun 640 M. Di zaman itu, Kerajaan Hindu yang berpusat di Jepara ini sangat ternama dan disegani kerajaan lainnya.

Sebagai kota dengan kerajinan yang ternama di seantero Nusantara, tentunya jangan Anda lewatkan untuk berbelanja oleh-oleh ketika berkunjung ke daerah yang satu ini. Di daerah ini tidak hanya kerajinan, tapi fashion dan makanan juga akan menjadi hal yang perlu Anda incar.

Pakaian misalnya, yang rata-rata bisa Anda temukan di berbagai industri kreatif di kota ini. Jahitannya rapi, kainnya berkualitas tinggi, sehingga sangat pas untuk menjadi oleh-oleh yang paling berkesan.

Bali sebagai daerah penghasil batik didukung oleh masyarakatnya yang terkenal pandai dalam olah kesenian. Batik Bali sendiri dipercaya merupakan hasil penyebaran batik dari Pulau Jawa, namun memiliki ciri khas tersendiri. Motif Batik Bali terkenal memiliki makna nilai-nilai solidaritsa, seperti Sekar Jagad Bali, Teratai Banji, dan Poleng Biru.

Batik di Papua memiliki ciri khas yang berbeda dengan batik di daerah lain. Perbedaan itu lantaran Batik Papua memiliki motif yang menggambarkan apa yang dimiliki daerah Papua. Salah satu contohnya adalah motif burung Cendrawasih yang hanya ditemui di Papua, dan tidak ditemui di daerah lain. Selai Cendrawasih, Papua juga memiliki motif batik lain seperti Asmat, Sentani, Tifa, hingga Tambal Ukir. Sumber:Kompas.idPekalongakota.go.idJogjaprov.go.id

Shutterstock/Innayah Proses pembuatan batik tulis oleh seorang pengrajin di Kampung Batik Laweyan, Solo.

Kota Solo atau Surakarta sebagai salah satu pusat batik di Indonesia sudah terbangun sejak masa lampau. Diketahui, Solo pernah menjadi pusat Kerajaan Mataram Surakarta, dan dilanjutkan dengan Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Eksistensi Solo sebagai pusat batik di Indonesia tercermin dari banyaknya sentra batik di kota ini. Baca juga: Ingin Tahu Proses Membatik di Kampung Batik Laweyan? Ini Caranya Sentra-sentra batik di Solo antara lain Batik Danar Hadi, Kampung Batik Kauman, Kampung Batik Laweyan, Pasar Klewer, Beteng Trade Center, Pusat Grosir Solo, hingga Lumbung Batik Solo. Di antara sentra batik tersebut, Kampung Batik Laweyan mungkin menjadi yang paling terkenal. Pasalnya, industri batik tulis di Laweyan ini sudah mulai berkembang sejak abad ke-14 Masehi, pada masa Kesultanan Pajang. Pada saat teknik batik cap ditemukan, Kampung Batik Laweyan juga tidak ketinggalan, bahkan melahirkan banyak juragan batik.

Daun Trubusan sebagai ciri khas ukiran Jepara

Ukiran Jepara | Foto: Dejepara

Motif yang menunjukkan bahwa ukiran tersebut berasal dari Jepara adalah corak dan motifnya. Motif yang sangat terkenal dari ukiran Jepara adalah daun Trubusan yang terdiri dari dua macam. Pertama, daun yang keluar dari tangkai relung. Kedua, daun yang keluar dari cabang atau ruasnya.

Kemudian, ukiran Jepara juga terlihat dari motif Jumbai yang daunnya akan terbuka seperti kipas dan ujungnya meruncing. Ukiran Jepara juga menggunakan material bermutu tinggi, seperti kayu jati dan kayu-kayu lain yang terbukti kualitasnya.

Harga mebel Jepara memang relatif mahal, tetapi hal ini sepadan dengan kualitasnya yang tinggi dan berkelas. Ukiran Jepara ini, memiliki kandungan minyak alami yang membuatnya tahan air dan serangan rayap. Maka dari itu, sudah tak perlu diragukan lagi kualitas dari ukir kelas dunia ini.*

Referensi: Kompas | Indonesia.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

R. A Kartini dan seni ukir Jepara

Seni ukir Jepara | Foto: Indonesia.go.id

Sepeninggalan Ratu Kali Nyamat, perkembangan ukir Jepara terhenti dan stagnan. Kemudian, perkembangan mereka baru dimulai lagi pada masa Kartini. Sebagai tempat kelahirannya, Raden Ajeng Kartini membantu dan mengemabangakan bersama-sama seni ukir Jepara.

Kartini juga pernah menulis sebuah prosa berjudul Van een Vergeten Uithoekje atau Pojok yang Dilupakan. Prosa ini menceritakan mengenai tanah kelahirannya, Jepara, yang mempunyai banyak seniman ukir sejati. Ironisnya, banyak dilupakan orang dan tidak mendapatkan penghargaan yang berarti.

R. A. Kartini dan para perajin bersama-sama membuat ukiran, seperti meja kecil, pigura, tempat perhiasan, cenderamata dan lainnya yang kemudian dijual ke Batavia (Jakarta) dan Semarang. Hingga akhirnya, banyak masyarakat yang mengetahui kualitas karya ukir dari Jepara dan pesanan pun berdatangan.

Hasil produksi seni ukir Jepara pun semakin bertambah. R. A Kartini juga mulai memperkenalkan karya ukir Jepara ke luar negeri dengan memberikan cendera mata kepada teman-temannya di luar negeri.

Kartini pun gencar untuk terus mempromosikan dan menghubungi Oost en West (asosiasi kerajinan tangan) di Hindia. Kartini mendorong mereka semua untuk membantu mempromosikan produk seni ukir Jepara. Bahkan, R. A Kartini juga mengirimkan hadiah ulang tahun kepada Sri Baginda Ratu Wilhelmina di Belanda.

Seluruh upaya Kartini, berbuah manis. Permintaan melonjak berkali-kali lipat dan berhasil dijual dengan harga tinggi. Selain keberhasilan kerajinan ukir Jepara, kesejahteraan para seniman ukir di Jepara juga meningkat.

Kota Jepara - Surga Kerajinan Tangan dan Inspirasi DIY

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

Step 1: Let the number of boxes of fried rice be xxx. Then, the number of packets of noodles is x+4x+4x+4.

TRIBUNNEWSMAKER.COM - Yuk cermati latihan soal dan kunci jawaban mata pelajaran Seni Budaya kelas 10 SMA/SMK hingga MA. Terdapat 50 soal pilihan ganda yang bisa dikerjakan.

Pahami latihan soal dan kunci jawaban mata pelajaran Seni Budaya kelas 10 SMA/SMK hingga MA. Siswa sebaiknya mengerjakan soal secara mandiri terlebih dahulu untuk mengukur kemampuan dalam menghadapi tes.

Berikut ini contoh soal dan kunci jawaban mata pelajaran Seni Budaya kelas 10:

Soal Seni Budaya Kelas 10:

1. Ide dalam penggarapan seni tari juga dapat ditampilkan pada berbagai unsur gerak seperti gerakan-gerakan berikut, kecuali….a. gerak murnib. gerak manusiawic. gerak maknawid. gerak asimetrise. gerak simetris

Baca juga: Orang yang Pekerjaannya Memainkan Wayang Kulit Disebut? 40+ Soal & Kunci Jawaban Seni Budaya Kelas 1

2. Perlengkapan yang digunakan untuk mendukung seni tari adalah….a. aksesorib. tata busanac. tata dekorasid. tata panggunge. property

3. Penyelenggaraan pergelaran musik juga dapat dilakukan di tempat-tempat seperti berikut, kecuali….a. lapanganb. alun-alunc. stadiond. gedunge. kantor pemerintah

4. Bahan utama dalam membuat batik tulis dan batik cap adalah….a. malamb. cantingc. kompord. wajane. meja pola

5. Kegiatan yang dilakukan oleh para peserta pergelaran pada tahap akhir persiapan disebut….a. latihanb. geladi kotorc. geladi bersihd. perencanaane. penataan

Mengulik Sejarah Jepara sebagai Pusat Seni Ukir Kelas Dunia

Penulis: Brigitta Raras

Kabupaten Jepara terletak di Provinsi Jawa Tengah ini, terkenal akan ukiran kayunya yang indah. Bahkan, hasil kerajinan ukir kayu Jepara telah diekspor ke-113 negara. Jepara juga memiliki julukan “The World Carving Center” atau pusat ukir dunia.

Hal tersebut juga diperkuat dari penghargaan yang diraih Jepara, baik dalam dan luar negeri yang menyatakan Jepara sebagai kawasan terpadu penghasil mebel dan ukiran. Di Jepara, kegiatan memahat dan mengukir dalam menghasilkan mebel dan karya seni ukiran telah menjadi bagian dari budaya, seni, ekonomi, sosial, dan politik.

Kebiasaan ini menjadikan kemampuan mengukir semakin terasah dari para perajin. Nilai ini tentunya telah lama terbentuk dan tak terpisahkan dari akar sejarah. Mebel dan ukir Jepara memiliki sejarah yang cukup panjang dan diturunkan dari generasi ke generasi.

Mengutip dari Indonesia.go.id, bahwa legenda mengenai pengukir dan peluki zaman Raja Brawijaya dari Kerajaan Majapahit diceritakan secara turun temurun di Kota Jepara. Saking kuatnya legenda tersebut ditanamkan, maka sampai detik ini beberapa orang mempercayainya sebagai sejarah awal Jepara terkenal dengan ukirannya.

Legenda pengukir dan pelukis

Seni ukir Jepara | Foto: Kompas

Konon, dahulu seorang ahli lukis dan ukir bernama Prabangkara dipanggil oleh Raja Brawijaya, untuk melukis istrinya dalam keadaan tanpa busana sebagai wujud cinta dari sang raja.

Sebagai pelukis, Prabangkara harus melukis melalui imajinasinya tanpa boleh melihat permaisuri sang Raja tanpa busana. Prabangkara pun melakukan tugasnya dengan sempurna, tetapi tiba-tiba ada seekor cicak yang membuang kotoran dan mengenai lukisan tersebut hingga membuat lukisan permaisuri mempunyai tahi lalat.

Pada mulanya, sang Raja sangat puas dengan hasil karya Prabangkara. Namun, ketika melihat tahi lalat tersebut, sang Raja marah dan menuduh Prabangkara melihat permaisuri tanpa busana. Hal ini dikarenakan, lokasi tahi lalat persis dengan kenyataannya.

Akhirnya, Prabangkara dihukum oleh sang Raja dengan diikat di layang-layang, diterbangkan dan kemudian jatuh di daerah Belakang Gunung yang kini bernama Mulyoharjo, Jepara. Di sana, Prabangkara mengajarkan ilmu dan kemahiran mengukir kepada warga Jepara, dan tetap lestari sampai saat ini.

Ukiran Jepara sudah ada sejak zaman pemerintahan Ratu Kali Nyamat sekitar tahun 1549. Anak perempuan Ratu bernama Retno Kencono mempunyai peranan besar bagi perkembangan seni ukir. Kesenian ukir semakin berkembang pesat dengan adanya seorang menteri bernama Sungging Badarduwung yang berasal dari Campa, ia sangat ahli dalam seni ukir.