Beberapa tahun silam, saya pernah berkunjung ke kota Langowan, Sulawesi Utara dalam rangka melaksanakan tugas dinas dari sinode (organisasi gereja) tempat saya bernaung. Hal menarik dari kota itu, banyaknya gereja yang ada di kota tersebut. Gereja-gereja itu berderet, berdampingan, berdekatan satu sama lain.
Kenapa ya, harus berdiri sendiri-sendiri seperti itu? Kok, tidak menjadi satu saja?
Lalu, ada lagi kasus teman saya yang menikah dengan pasangan yang tidak satu “merek” gereja. Ia harus mengikuti berbagai aturan yang disyaratkan oleh gereja calon pasangannya, agar bisa menikah.
Kok, ribet banget, ya? Mbok simpel aja. Baca janji nikah, trus selesai. Orang mau nikah kok dipersulit!
Nah, kasus dan pertanyaan-pertanyaan itu, sering kali muncul saat saya ngobrol dengan teman-teman, baik yang Kristen maupun lintas iman.
Menurut data yang disampaikan Dirjen Bimas Kristen Kementrian Agama RI, saat saya mengikuti pertemuan virtual bersama rekan-rekan pengurus gereja, per 2017, tercatat ada 326 sinode atau organisasi gereja Kristen Protesten di Indonesia. Wah! Mengapa gereja Kristen Protestan ada banyak banget?
Ya, keragaman gereja Kristen Protestan, utamanya disebabkan adanya perbedaan aliran-aliran gereja. Di Kristen Protestan, ada aliran Lutheran, Calvinis, Anabaptis (Menonite), Metodis, Pentakosta, Kharismatik, Advent, dll. Masing-masing aliran memiliki ciri khas masing-masing. Kekhasan ciri tersebut, umumnya adalah hasil dari protes, yang kemudian berujung pada “revisi” atau penambahan dari aliran sebelumnya. Kayak skripsi aja.
Aliran Lutheran, umumnya berpatokan pada ajaran tokoh mereka, Marthin Luther, yang terkenal dengan semboyan sola fide (hanya oleh iman), sola gratia (hanya oleh anugrah), sola scriptura (hanya oleh firman). Contoh gereja Lutheran di Indonesia adalah HKBP dan GLI (Gereja Lutheran Indonesia).
Johannes Calvin, kemudian melengkapi ajaran Marthin Luther dengan berbagai penambahan di sana sini. Pemikiran Calvin tertuang di salah satu buku babon kekristenan, Institutio. Gereja beraliran Calvinis memiliki banyak pengikut di Indonesia. Beberapa di antaranya, GKI, Gereja Reformed Injili Indonesia, dan gereja-gereja suku, seperti GMIT, dll.
Marthin Luther di Jerman, Johannes Calvin dan Huldrych Zwingli di Swiss, menjadi ikon reformasi gereja di masa itu.
Selanjutnya, Konrad Grebel dan Felix Sanz memimpin gerakan yang memprotes prosesi baptisan anak. Inilah cikal bakal aliran Anabaptis (kaum Menonite). Protes terhadap kelompok mapan tersebut terus meruncing hingga mengakibatkan konfrontasi yang hebat. Bahkan sempat terjadi penganiayaan terhadap kelompok Anabaptis. GKMI (Gereja Kristen Muria Indonesia) menjadi contoh gereja beraliran Anabaptis (Menonite).
Kemudian, pencerahan yang dialami seorang tokoh bernama John Wesley, menjadi awal mula adanya gereja beraliran Metodis (Wesleyan). Adanya “gerakan kesucian” di zaman itu, membuat orang Kristen tidak puas dengan praktik ibadah yang hanya “begitu-begitu saja”. Mereka ingin menghidupi laku imannya dengan lebih mendalam. Para pengikut aliran ini berkumpul secara berkelompok, saling berbagi kisah hidup, dan saling mengaku dosa. Mereka memiliki keteraturan dalam menjalankan laku spiritualnya. Itu sebabnya, mereka dinamakan Metodis, sesuai dengan metode yang disepakati bersama. Gereja Metodis masih eksis sampai saat ini. Waktu berkuliah di Jogja, saya memiliki teman yang berjemaat di Gereja Metodis.
Selepas itu, muncul aliran Pentakosta yang menekankan pentingnya peran Roh Kudus dalam kehidupan orang Kristen. Tanpa bantuan Roh Kudus, sebagus apa pun metode laku spiritual seseorang, ia pada akhirnya tak akan mampu hidup sesuai kebenaran (firman Tuhan). Ciri khas dari pengikut aliran ini adalah tata ibadah yang tidak kaku, nyanyian (puji-pujian) yang dinyanyikan dengan ekspresif, dan bahasa roh sebagai tanda seseorang dipenuhi Roh Kudus (topik ini yang sering diperdebatkan sekaligus dipergunjingkan oleh penganut aliran lain). Gereja beraliran Pentakosta cukup banyak tersebar di Indonesia. GPdI (Gereja Pantekosta di Indonesia), GPPS (Gereja Pantekosta Pusat Surabaya), GP (Gereja Pantekosta) adalah beberapa contohnya.
Rupa-rupanya, selepas Pentakosta, masih muncul lagi aliran bernama Kharismatik. Bagi mereka, Pentakosta tidak cukup untuk mengakomodasi karunia-karunia (charisma) Roh Kudus di tengah peribadatan. Mereka begitu menekankan penggunaan karunia-karunia Roh Kudus sebagai kelengkapan bagi umat Tuhan. Itu sebabnya, gereja beraliran Kharismatik cukup getol dengan ibadah-ibadah semacam KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) Kesembuhan Ilahi, baik di gereja maupun di lapangan terbuka. Contoh gereja beraliran kharismatik adalah GBI (Gereja Bethel Indonesia), GMS (Gereja Mawar Sharon), JKI (Jemaat Kristen Indonesia), dll.
Selain aliran-aliran tersebut, ada juga pengkategorian aliran berdasarkan ke-saklek-an dalam memahami dan menghidupi teks Injil. Ada kelompok Injili (Evangelical) ada juga (kalau boleh dikatakan) kelompok yang lebih liberal. Perbedaan Injili dan liberal, dapat terlihat dari sikap saat menghadapi isu-isu sensitif, seperti aborsi, LGBT, euthanasia, dll.
Untuk konteks gereja di Amerika, orang dapat dengan mudah mengkategorikan golongan liberal dan evangelikal. Sedangkan untuk konteks Indonesia, pemisahan tidak dapat dilakukan secara jelas, seperti aliran-aliran yang kita bahas sebelumnya. Gereja di Indonesia yang tergolong sebagai kelompok Injili, contohnya adalah Gereja Baptis Indonesia dan banyak gereja lain. Sementara, untuk kelompok liberal, sangat bergantung dari sang pemimpin gereja. Bisa saja gerejanya tergolong Injili, tapi pemimpinnya berpikir secara liberal.
Masih ada juga pengkategorian aliran berdasarkan hal-hal lain. Misalnya, Gereja Advent yang begitu mementingkan hari Sabat (hari ketujuh). Ibadah mereka, biasanya dilaksanakan di hari Sabtu. Gereja Masehi Hari Ketujuh menjadi contoh gereja beraliran Advent. Lalu, ada juga Gereja Anglican, gereja yang diinisasi oleh Kerajaan Inggris, gegara memisahkan diri dengan Gereja Katolik di zaman dahulu. Di Indonesia, gereja ini disebut juga dengan Gereja Inggris.
Adanya pencerahan-pencerahan baru, pemikiran dari tokoh-tokoh yang berpengaruh, situasi sosial politik, serta berbagai faktor lain dapat menjadi sebab bagi timbulnya beragam aliran di gereja Kristen Protestan. Meski secara iman, tak ada yang berbeda, tetap saja ada hal-hal prinsipil, yang tak dapat diseragamkan. Semangat berani mengungkapkan perbedaan pikiran dari para tokoh ini, menurut saya, menjadi ciri khas dari Protestan. Lha iya, wong namanya saja sudah Protestan, kalau ada hal yang dirasa kurang pas, pasti akan protes. Kalau sudah protes dan masih tidak puas, bisa-bisa ada aliran baru lagi.
Jadi, ya jangan heran, kalau sesama orang Kristen mau pacaran, sering ditanya dulu, “Eh iya, gerejamu namanya apa?” Rupa-rupanya, demi menghindari keribetan di sana-sini. Ternyata, seiman saja memang tak cukup, perlu sealiran pula. Bhaaa….
Terakhir diperbarui pada 15 September 2021 oleh Audian Laili
Huria Kristen Batak Protestan (disingkat sebagai HKBP) adalah gereja yang berdenominasi Kristen Protestan dengan warisan tradisi Lutheran dan Reformed[2] di kalangan masyarakat Batak, umumnya Batak Toba. Gereja ini merupakan yang terbesar di antara gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia (terutama di Provinsi Sumatera Utara) dan Asia Tenggara, sehingga menjadikannya organisasi keagamaan terbesar ketiga di Indonesia setelah Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.[3] Gereja ini tumbuh dari misi Rheinische Missionsgesellschaft (RMG) asal Jerman yang berdiri pada Senin, 7 Oktober 1861.
Saat ini, HKBP memiliki jemaat sekitar 4,133,000 jemaat di seluruh Indonesia. HKBP juga mempunyai beberapa gereja di luar negeri, seperti di Singapura, Malaysia, dan di beberapa negara bagian Amerika Serikat yaitu California, New York, dan Colorado. Meski memakai nama Batak, HKBP juga terbuka bagi suku bangsa lainnya.
HKBP berkantor pusat di Pearaja (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) yang berjarak sekitar 1 km dari pusat kota Tarutung, ibukota kabupaten tersebut. Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang jalan menuju Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga. Kompleks perkantoran HKBP, pusat administrasi organisasi HKBP, berada dalam area ± 20 hektare. Di kompleks ini juga ada Ephorus (uskup) sebagai pucuk pimpinan HKBP berkantor.
HKBP adalah anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), UEM Jerman, dan anggota Dewan Gereja-Gereja Sedunia (WCC). Sebagai gereja yang berasaskan ajaran Lutheran, HKBP juga menjadi anggota dari Federasi Lutheran Sedunia (LWF) yang berpusat di Jenewa, Swiss.
Berikut adalah garis waktu sejarah HKBP:
Beberapa sumber mencatat bahwa penyebaran Injil di tanah Batak dimulai sejak diutusnya Pendeta Ward dan Pendeta Barton dari Gereja Baptis Inggris ke Tanah Batak. Usaha pengabaran Injil di Tanah Batak dimulai kembali pada tahun 1834 dengan diutusnya Pdt. Samuel Munson dan Pdt. Henry Lyman dari badan zending di Boston. Usaha ini mengalami kegagalan karena kedua missionaris tersebut mati martir di Lobu Pining (Tapanuli Utara). Usaha menginjili Tanah Batak sempat terhenti sampai berita mengenai Tanah Batak terdengar lagi di Eropa dari hasil ekspedisi seorang Ilmuwan yang bernama Junghuhn pada tahun 1840. Akibatnya pada tahun 1849, Lembaga Alkitab Belanda mengirim Van der Tuuk (di Tanah Batak dikenal sebagai Tuan Pandortuk atau Tuan Pandoltuk) untuk mempelajari Bahasa Batak. Hasilnya adalah diterjemahkannya sebagian Alkitab ke dalam bahasa Batak menggunakan aksara Batak. Setelah melihat hasil karya Van der Tuuk, Badan Zending Rheinshe (RMG) mengalihkan konsentrasinya dalam menyebarkan Injil ke daerah Batak dengan mengutus Pendeta Dr. Fabri ke sana. Sebagian sumber menyebutkan bahwa hal ini disebabkan terhalangnya usaha RMG di Kalimantan.
Penetapan hari jadi HKBP pada tanggal 7 Oktober 1861 memiliki makna sejarah dan teologis yang mendalam. Tanggal 7 Oktober 1861 menjadi titik balik sejarah penginjilan dan sejarah Gereja HKBP. Sejarah penginjilan dan sejarah gereja adalah ibarat dua sisi dari satu mata uang logam yang sama. Gereja tanpa penginjilan bukanlah Gereja. Itulah sebabnya, peristiwa 7 Oktober 1861 diartikan dan dimaknai dari dua segi, yakni penginjilan dan gereja. Hasil penginjilan di Tanah Batak adalah kekristenan yang di dalamnya terdapat sejumlah jemaat atau pargodungan (stasi zending dan sekaligus huria). Jemaat-jemaat tersebut sejak awal sudah diarahkan akan membentuk sebuah gereja-zending yang kelak menjadi sebuah gereja yang mandiri dari RMG.
Jauh sebelum tahun 1861, RMG telah membuka misi penginjilan di Namibia, Afrika Selatan, China, Kalimantan, dan di Amerika Utara. Tetapi sejak 7 Oktober 1861, dibuka satu misi penginjilan baru di Sumatra, yakni Bataklanden (Tanah Batak). Misi penginjilan baru di Tanah Batak diberi nama Battamission, dikemudian hari disebut Batakmission atau Mission-Batak.
Tanggal lahir Batakmission pada 7 Oktober 1861 bertepatan dengan tanggal dari rapat pertama para penginjil utusan RMG di Tanah Batak. Hari lahir Batakmission tersebut disambut pengurus RMG di Jerman dengan rasa sukacita. Mereka memberitahukan kabar gembira ini kepada jemaat-jemaat pendukung RMG di Jerman pada awal 1862 sebagai berikut:
" die ersten Briefe unserer Brueder aus dem Battalande sind uns gekommen,und wir koenen heute der Heimathgemeinde den Beginn der Battamission melden. Den 7 oktober 1861 werden wir als den Geburtstag diesses gliedes in dem umkreis unserer arbeit bezeichnen duerfen. An diesem tage traten die dortigen brueder zur ersten Conferenz in Sipirok zusammen "
Inilah pemaknaan yang pertama akan arti dari tanggal 7 Oktober 1861, suatu pemaknaan dari kacamata pengurus RMG di Jerman.
Batakmission dalam hal ini berarti himpunan dari seluruh para utusan RMG di Tanah Batak beserta asetnya mencakup seluruh pargodungan dan jemaat serta pelayan pribumi. Lembaga zending dan lembaga kegerejaan dipadukan dalam satu lembaga yang bernama Batakmission. Lembaga ini sejak 1881 dipimpin oleh seorang pemimpin dengan jabatan ephorus yang dilayankan oleh penginjil Ingwer Ludwig Nommensen (1881-1918).
HKBP ditata mengikuti sistem keuskupan, mirip dengan Gereja-gereja yang menganut sistem episkopal seperti Gereja Katolik Roma, Gereja Anglikan, Gereja Methodis, dll. Pimpinan tertingginya disebut Ephorus. Ephorus HKBP yang pertama adalah Pdt. Dr. (H.C.) I.L. Nommensen. Ephorus dibantu oleh seorang Sekretaris Jenderal, dan sejak tahun 2004 juga dibantu oleh tiga kepala departemen. Di bawahnya adalah praeses yang memimpin distrik-distrik kewilayahan gereja, sementara di bawah distrik terdapat resort yang dipimpin oleh pendeta resort, dan di tingkat yang paling bawah adalah jemaat individual yang dipimpin oleh pelayan penuh waktu atau guru jemaat. Saat ini HKBP mempunyai 32 Praeses yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam pelayanannya, seorang pendeta HKBP biasanya dibantu oleh Guru Huria, sementara ada pula jabatan lain yaitu Bibelvrouw dan diakones.
Pada tanggal 27 Juli 1986, di gereja HKBP Bukit Moria, Medan Baru, untuk pertama kalinya HKBP menahbiskan seorang pendeta perempuan yaitu Pdt. Noortje Parsaulian Lasni Rohana Lumbantoruan, S.Th. Pentahbisan dipimpin oleh Ephorus Pdt. G.H.M. Siahaan.
Sampai April 2012, HKBP mempunyai 1.519 Pendeta, 175 Calon Pendeta, 428 Guru Jemaat, 36 Calon Guru Jemaat, 408 Bibelvrouw, 43 Calon Bibelvrouw, 284 Diakones, 29 Calon Diakones. Keseluruhan pelayan dan calon pelayan berjumlah 2.922 orang.
Saat ini jabatan Ephorus HKBP dipegang oleh Pdt. Robinson Butarbutar, yang melayani mulai tahun 2020-2024.
Berikut ini adalah daftar distrik di Huria Kristen Batak Protestan.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Doa menjadi obat jiwa sebelum tidur bagi umat Kristen Protestan.
Sebaiknya keluarga melakukan Doa bersama sebelum tidur.
Doa yang dilakukan bersama-sama dapat menjadi berkat bagi keluarga yang melakukannya.
Berikut ini adalah kumpulan dari doa-doa tidur Kristen Protestan yang bisa digunakan dan panjatkan bersama anggota keluarga sebelum pergi tidur atau beristirahat.
• Renungan Harian Kristen Jumat 14 Oktober 2022, Kunci bagi Pengabar Injil
1. Tuhan Yesus, terima kasih atas kasih dan anugerah-Mu yang sudah rela berkorban di kayu salib.
Sebentar lagi kami ingin pergi tidur, kirimkan malaikat untuk menjaga kami dari semua godaan iblis, setan dan roh jahat yang mengganggu kami di malam ini.
Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, darah-Mu mengalahkan kekuasaan jahat, Amin. Berikut kumpulan doa dalam sebelum tidur dalam bersama keluarga:
2. Tuhan Yesus, terima kasih atas semua berkat yang sudah Kau berikan pada hari yang sangat indah ini.
Tuhan, sebentar lagi kami akan beristirahat tidur, berkat kami ya Tuhan agar bisa beristirahat dengan nyenyak dan bisa bangun dalam keadaan segar kembali.
Terima kasih Tuhan atas semua yang sudah Engkau berikan pada hari ini dan ajari kami untuk selalu mengerti akan kehendak yang Kau berikan, terima kasih atas nama Tuhan Yesus Kristus, Amin.
3. Allah Tritunggal yang baik, terimakasih karena Engkau sudah membimbing kami sekeluarga sepanjang hari tadi dan terima kasih juga karena Engkau sudah menemani kami.
Terima kasih juga atas Roh Kudus yang sudah menuntun kami.
Sekarang ya Tuhan, utuslah Roh Kudus supaya bisa menerangi kami sekeluarga, agar bisa mengetahui semua dosa-dosa kami dan menyesalinya dengan sungguh-sungguh.
Lindungilah kami malam ini agar bisa tidur nyenyak dan besok pagi bisa bangun dengan segar dan bersemangat.